Kesombongan Akan Datang Sebelum Jatuh

Ilustrasi (dok. pribadi)

Di tengah laut yang tenang, tampaklah sebuah perahu kecil dan seseorang duduk di perahu itu sambil membaca buku. Dia seorang filsuf. Semilirnya angin dan hangatnya sinar matahari membuatnya lebih ‘tenggelam’ di dalam bukunya.

“Oh, indahnya hari ini… Aku pasti bisa menyelesaikan buku ini,” katanya sambil tangannya terentang ke atas sambil menghirup udara.

Sang Filsuf kembali membaca bukunya. Tetapi lama-kelamaan dia merasa jenuh. Kemudian dia berjalan mendekati temannya, seorang pelaut.

“Temanku, apakah kamu mengerti filosofi?” “Tidak!” jawab Pelaut.

“Wah, sayang sekali, kamu telah kehilangan setengah dari hidupmu. Apa kamu mengerti matematika?” tanya Filsuf.

“Tidak juga!” jawab Pelaut tegas.

Filsuf itu, menggelengkan kepalanya.

“Sayang sekali, berarti kamu telah kehilangan lagi setengah dari hidupmu.”

Tiba-tiba langit menjadi gelap, dan petir menyambar. Hujan deras mengguyur. Tampak ombak besar bergulung-gulung, membuat perahu terombang-ambing. Perahu pun kemasukan air. Perahu mulai oleng, akan tenggelam. Wajah sang Filsuf ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf.

“temanku, kamu bisa berenang?” “Tidak! Aku tidak bisa berenang. Tolonglah aku!”

Sang Filsuf semakin ketakutan. Sang Pelaut tertawa.

“Berenang saja tidak bisa, lalu apa artinya hidupmu? Berarti kamu telah kehilangan seluruh hidupmu.”

Filsuf terdiam. Dia menyadari kesalahannya telah meremehkan temannya.

“Maafkan aku, temanku. Aku terlalu sombong sehingga tidak melihat kelebihan orang lain.” Sang pelaut memaafkan temannya dan memeluk sang Filsuf.

Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan. Bangga pada prestasi itu wajar, tetapi jangan terlena. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.

Diceritakan kembali oleh Nindya Tangerang dengan judul “Pride Comes Before Fall”